Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu. (Qs. al-Baqarah 2:208)

25.8.09

Bantahan Atas Jihad Melawan Hawa Nafsu

. 25.8.09
0 komentar

Diantara kesalahan tentang pemahaman Jihad yang menyebabkan ummat enggan untuk melaksanakannya adalah pemahaman jihad besar (jihad melawan hawa nafsu) dan jihad yang lebih rendah. Seiring dengan keyakinan ini, berjuang melawan hawa nafsunya sendiri dipertimbangkan sebagai jihad yang terbesar, yang menjadikan jihad dengan berperang di medan pertempuran merupakan jihad yang paling rendah.

Pemahaman ini didasarkan atas cerita yang disebutkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam bukunya, sejarah Baghdad, dari Yahya Ibnu al ‘Ala’ berkata,
“Kami mendapatkan kabar dari Laith dari ‘Ata’, dari Abu Rabah, dari Jabir mengatakan bahwa, “Sekembalinya Nabi saw dari perang, Beliau mengatakan kepada kami, “Telah datang kepadamu berita yang baik, kamu datang dari jihad yang rendah kepada jihad yang lebih besar yaitu seorang hamba Allah yang berjuang melawan hawa nafsunya.”

Konsepsi ini walaupun secara fakta didasarkan atas sebuah hadits, akan tetapi hadits ini dapat disangkal dari beberapa aspek, yang akan kami sebutkan berikut ini.

Pertama:
Hadits ini tidak bisa digunakan untuk sebuah hujjah, karena al-Baihaqi berkata berkaitan dengan ini, “mata rantai dari periwayatannya adalah lemah (dha’if).” As-Suyuti juga berpendapat bahwa aspek hukumnya lemah, hal ini beliau utarakan dalam bukunya, Jami’ As-Shaghir.
Sebagian orang mungkin mengatakan bahwa hadits dha’if bisa diterima dalam persoalan keutamaan amal. Pendapat ini tidak bisa diterima, karena kami tidak percaya bahwa jihad bisa digunakan untuk keutamaan amal. Jika hal itu memang benar, bagaimana mungkin Rasulullah saw. bersabda bahwa, “Diamnya ummat ini adalah penghianatan terhadap jihad”

Selanjutnya, siapapun yang mengikuti Yahya Ibn al-‘Ala’, sebagai seorang perowi hadits maka akan menemukan dalam biografinya sesuatu yang akan menyebabkannya meninggalkan hadits tersebut.. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata (berpendapat) tentangnya dalam At-Taqrib, “Dia tertuduh sebagai pemalsu hadits”. Adz-Dzahabi berkata dalam Al-Mizan, “ Abu Hatim berkata bahwa dia bukanlah seorang perowi yang kuat, Ibnu Mu’in menggolongkannya sebagai perawi yang lemah. Ad-Daruqutni berkata bahwa dia telah dihapuskan (dalam daftar perawi) dan Ahmad bin Hanbal berkata “ Dia adalah seorang pembohong dan pemalsu hadits”.

Kedua:
Hadits ini secara tegas dan jelas bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Allah Yang Maha Kuasa berfirman:
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa’,4: 95-96).

Ketiga :
Hadits ini (hadits tentang jihad melawan hawa nafsu) bertentangan dengan hadits-hadits mutawatir yang disampaikan oleh Nabi saw., yang menjelaskan tentang keutamaan jihad. Kami akan menyebutkan beberapa diantaranya.

“Waktu pagi atau sore yang digunakan di jalan Allah adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (Bukhari dan Muslim)

“Berdiri satu jam dalam perang di jalan Allah lebih baik daripada berdiri dalam shalat selama 60 tahun.” (shahih al-Jami’)

Abu Hurairah ra berkata,
“ Apakah ada diantara kamu yang mampu berdiri dalam shalat tanpa berhenti dan terus melakukannya sepanjang hidupnya?” Orang-orang berkata, “Wahai Abu Hurairah! Siapa yang mampu melakukannya?” Beliau berkata “Demi Allah! Satu harinya seorang mujahid di jalan Allah adalah lebih baik daripada itu.”

Pernyataan dari orang yang mengatakan bahwa “Berjuang melawan dirinya sendiri adalah jihad yang terbesar karena tiap individu mendapatkan ujian siang dan malam”, dapat disangkal dengan hadits berikut:

Dari Rasyid, dari Sa’ad r.a., dari seorang sahabat, seorang laki-laki bertanya, “ Ya Rasulullah! Kenapa semua orang-orang yang beriman mendapatkan siksa kubur kecuali orang-orang yang syahid?” Beliau saw. menjawab: “Pertarungan dari pedang di atas kepalanya telah cukup sebagai siksaan (ujian) atasnya.” (Shahih Jami’)

Keempat :
Kesalahpahaman dan fitnah ini termasuk dalam bentuk ketidak adilan dan salah dalam menempatkan status para mujahid.
Allah telah memerintahkan kita untuk menegakkan keadilan sebagaimana dalam firman-Nya,

“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al Maidah, 5: 8).

Apakah adil, kita mengatakan perang yang dilakukan oleh saudara-saudara kita di medan perang adalah jihad yang paling rendah? Ketika dalam hitungan menit saja tubuh-tubuh mereka meledak, berpencarlah kaki-kaki mereka, tubuh-tubuh mereka melayang (mengambang) di air, darah berceceran dimana-mana, sampai-sampai jenazah-jenazah mereka tidak bisa dikuburkan (karena telah hancur).

Itu semua mereka lakukan untuk mendapatkan keridhoan-Nya. Dimana letak kerendahan dari jihad yang dilakukan oleh pemuda-pemuda tadi jika dibandingkan dengan aktivitas puasa kita, yang berbuka dengan makanan lezat, lalu bagaimana mungkin aktivitas puasa itu dinilai sebagai jihad yang paling besar? Demi Allah! Ini adalah pemberian nilai yang tidak sesuai, jika anda menyampaikan permasalahan ini sebelumnya pada generasi pertama (Islam) maka mereka tidak akan pernah menyampaikan pandangan hukum berbeda.

Kelima:

Dr.Muhammad Amin, seorang penduduk Mesir berkata dalam kitabnya, bagian dari dakwah Islam adalah jihad dengan dirinya sendiri, adapun jihad dengan harta tidak menunjukkan atas penegakkan seruan atas kebenaran dan berpendirian di atas kebenaran, menyeru kepada kebenaran dan melarang kemunkaran serta memberikan kontribusi hidup dan hartanya di jalan Allah merupakan jihad yang kurang sempurna. Ini adalah ungkapan yang aneh!!!

Tatkala kita ditimpa ujian yang sangat berat dimana kaki ikut terguncang dan hati selalu was-was akan ancaman, bisakah itu disebut jihad yang rendah? Ketika kita merasakan keadaan aman dan nyaman di rumah, berkumpul dengan keluarga dan teman-teman, bisakah ini disebut dengan tingkatan jihad yang tertinggi ! Keadaan ini seperti ungkapan seseorang yang gembira dalam keadaan duduk membelakangi perintah Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya. Seperti orang yang mendapati kesenangan dan kenyamanan dalam hidupnya padahal realitanya mereka hanya menipu jiwa mereka sendiri yang lemah karena nilai-nilai kebenaran amal seluruhnya mereka tentang.

Di akhir tulisan ini, kami kutipkan beberapa kalimat yang telah dikirim oleh seorang mujahid Abdullah bin Al-Mubaraq dari tanah jihad kepada temannya Al-Fudail bin Iyyad, orang yang menasihati para penguasa dan membuatnya menangis, beliau tidak meminta bayaran akan tetapi murni muncul dari keikhlasan.

“ Wahai orang yang beribadah di Masjid Haromain, seandainya engkau melihat kami tentu engkau tahu bahwa engkau dalam beribadah itu hanya main-main saja, kalau orang pipinya berlinang air mata, maka, leher kami dilumuri darah “

Pertimbangan Jihad

Sebagian orang mungkin heran ketika mereka mendengar orang yang menggambarkan jihad (di medan perang) adalah jihad yang terendah atau orang yang menganggap berperang di jalan Allah merupakan aktivitas yang kecil dibandingkan dengan perbuatan yang lain.

Jika kita menelusuri kehidupan orang-orang tersebut, melihat sejarah mereka dan mempelajari alasan-alasan mereka atas penolakan persoalan ini, maka akan kita temukan bahwa penjelasan atas pendirian mereka adalah sangat sederhana.

Orang-orang tersebut meremehkan jihad dan memberikan prioritas kepada studi di Universitas, menulis di majalah-majalah dan berpidato di konferensi-konferensi untuk mengakhiri perang dan mengakhiri aksi syahid.

Dengan melihat kehidupan mereka, maka akan ditemukan sebuah ancaman terhadap kesatuan ummat, karena ummat ini akan digiring pada pandangan mereka.
Ummat akan merasa bahwa dirinya lemah dan menahan diri dari aktivitas jihad (mereka hanya menerima teori dan konsepnya saja) akan tetapi tidak berpartisipasi dalam jihad.

Tidak ada keinginan atas dirinya untuk bersama-sama dengan orang-orang yang mendapatkan rahmat Allah (Syahid), mereka juga menganggap tidak memiliki keuntungan untuk bergabung dengan camp-camp mujahid.

Sebuah camp yang serba sederhana, jauh dari kemewahan dan kekurangan akan bahan pokok, yang akan menjadikan mereka merasakan perbedaannya antara kehidupan di camp tersebut dengan kehidupan yang dijalaninya di universitas yang penuh dengan makanan-makanan, hiburan dan ruangan kelas yang berAC.

Bagaimana mungkin orang-orang tersebut dapat menerima kebenaran nilai dari jihad ketika mereka tidak berpartisipasi dalam dunia perang, tidak juga masuk ke dalam arena kerusuhan dalam perang?

Jika seorang terjun ke dalam sebuah pertempuran maka cukup untuk membenarkan atas semua kesalahpahamannya. Seorang mujahid, hanya dalam hitungan beberapa jam saja dapat melihat segala sesuatu yang menakutkan yang akan menyebabkan rambut anak-anak pun menjadi beruban.

Bom-bom yang meledak akan membersihkan jiwa-jiwa saudara-saudara kita yang kita cintai yang ikut andil dalam perjuangan dan jihad. Mereka akan melihat bagaimana situasi dari orang-orang ketika roket-roket meledak di atas kulit kepala mereka atau di bawah kaki mereka? Bagaimana situasi ketika mereka melihat dengan mata kepala sendiri anggota tubuh seperti lengan, kaki dan usus hancur berhamburan, anggota tubuh yang sehat menjadi cacat, hilang ingatan atau lumpuh? Inilah alasan pokok atas penolakan orang-orang yang meremehkan jihad.

Dalam beberapa jam atau hari seorang mujahid melihat dengan mata kepalanya sendiri bentuk-bentuk kekerasan, ujian dan kesengsaraan yang dialami tatkala jihad, tidakkah yang lainnya melihat hal ini selama 10 tahun terakhir ini? Akan menjadi sesuatu hal yang mustahil bagi seseorang untuk melaksanakan aktivitas jihad secara fisik kecuali ia dapat berpartisipasi di dalamnya.

Oleh karena itu orang yang masih berselisih dengan mujahid dalam persoalan jihad ini atau orang-orang menyeru manusia untuk meninggalkan perang maka sebaiknya bergabung dengan camp jihad walaupun hanya sebagai pembantu atau dia seharusnya berpartisipasi dalam perang walaupun hanya sebagai orang yang masak, lalu setelah itu kita akan melihat pendapat-pendapatnya, apakah dia masih bisa mengatakan bahwa pena sebanding atau sama dengan kalashnikov…?

Oleh: Abu Khubaib & Abu Zubair

Baca Selengkapnya....»»

3.8.09

Kewajiban Berjamaah di Dalam Dienul Islam

. 3.8.09
0 komentar

Setelah Hancurnya Kekhilafahan Turki Usmani, 3 Maret 1924, Kaum Muslimin di seluruh dunia menjadi lemah dan terpecah. Mengapakah Harokah Islamiyah yang ada sekarang belum juga mau bersatu, membangun kembali bangunan yang telah diruntuhkan oleh musuh itu? Pertanyaan ini sebenarnya sudah Out of Date, sudah ketinggalan zaman. Sebab jawabannya sudah tersedia dalam Al Quran. Yaitu karena setiap Harokah Islam sudah merasa benar dengan langkah yang ditempuhnya, lalu merasa bangga karenanya. Maka pertanyaan yang paling essensial untuk ditanyakan : “Dengan alasan apakah, masing-masing Harokah Islam yang ada sekarang membenarkan sikap untuk tidak bersatu?

Dewasa ini, Ummat Islam yang gemar membaca buku atau majalah Islam, walaupun barang kali masih jarang membaca Al Quran atau Hadist Nabi Saw. Apalagi meraka yang sudah terbiasa memperhatikan makna ayat-ayat Al Quran dan menghayati isinya, tentu tidak kaget lagi bila kepadanya dikatakan, bahwa berjamaah bagi kaum muslimin merupakan kewajiban Islami. Sebab dalil-dalil Al Quran maupun Hadist cukup banyak menerangkan hal tersebut, sehingga seluruh ulama dari zaman ke zaman secara ijmak menyepakati bahwa berjamaah itu wajib hukumnya. Oleh karena itu, dalam tulisan ini tidak akan dipaparkan secara detail dalil-dalil yang mewajibkannya itu, termasuk juga pendapat para ulama, tidak akan dibahas secara mendalam.

Apabila kewajiban berjamaah ini telah difahami oleh kaum muslimin. Persoalannya sekarang: Apakah kaum muslimin telah bersatu di dalam satu jamaah Islam ataukah sebaliknya, terpecah menjadi banyak jamaah dari orang-orang Islam ?

Sekiranya jawabannya adalah: “Ya. Alhamdulillah telah bersatu di dalam ikatan tali Jamaah muslimin”, maka artinya mereka telah memenuhi kewajibannya dalam urusan tersebut. Akan tetapi jika jawabannya belum, maka kewajibannya adalah menemukan adanya jamaah muslimin itu, lalu mendaftarkan diri sebagai warganya atau ummatnya. Selanjutnya berjihad didalamnya dalam rangka melakukan taat kepada Allah Swt, taat kepada Rasul-nya, Ulil Amri dari orang-orang yang beriman, Sebagaimana difirmankan Allah di dalam Surat An-Nisa Ayat 59 :

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-nya, dan kepada Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasulnya (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih bauk akibatnya”.

Allah Swt, telah mewajibkan orang-orang beriman untuk taat kepada Rasulnya dan Ulil Amri diantara mereka. Oleh karena itu, mereka yang benar-benar beriman, apabila ditanya, apakah dia sudah mempunyai Ulil Amri? Tidak mungkin akan menjawab: “Saya tidak memerlukan Ulil Amri”. Tidak mungkin dia berkata walau di dalam hati, “-Mengapa Allah memerintahkan kita mentaati sesuatu yang tidak ada?” Nah, Siapakah Ulil Amri anda? Jawabannya yang benar, tentu saja yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Wajib Bersatu dan Haram Berpecah

Perintah berjamaah, dimaksudkan agar kaum muslimin tetap utuh dalam satu kesatuan ummah. Supaya terhindar dari kemungkinan timbulnya firqah-firqah yang akan memecah belah kesatuan ummat Islam, menghancurkan serta memporak-porandakan keutuhan jamaah. Karena sesungguhnya, setiap bentuk perpecahan di kalangan ummat Islam telah diancam oleh Allah, sebagaimana tertera di dalam Al Quran:

“…dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan meraka”. (QS.30:31-32)

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada apa yang telah mereka perbuat”. ( QS.6:159 )

Masih banyak ayat-ayat Al Quran yang mengharamkan berpecah dan berbantahan yang mengakibatkan hilangnya kekuatan. Menegakkan Dien Islam selamanya tidak akan sukses jika masih terdapat perpecahan di kalangan kaum muslimin. Selanjutnya silahkan baca Al Quran Surat 6 :46 dan 42:13.

Perpecahan yang diharamkan Allah dalam banyak ayat di atas, adalah perpecahan sebagai akibat dari banyaknya jamaah-jamaah minal muslimin yang masing-masing merasa benar dan bangga dengan golongannya. Mereka tidak sudi bersatu menjadi satu jamaah di bawah satu Imamah, untuk hidup bersama-sama menjalankan Syariat Islam. Dan diantara jamaah-jamaah dari kaum muslimin, yang banyak kita saksikan sekarang barang kali ada juga yang tidak menghendaki tafarruq. Lalu berusaha mempersatukan ummat, dengan alasan belum wujudnya jamaah bagi keseluruhan kaum muslimin di bawah kepemimpinan seorang imam atau khalifah mereka. Jika perkiraan itu benar, maka jamaah minal muslimin yang sadar dan tulus, itulah yang berkewajiban menyatakan diri sebagai jamaah ummat Islam dengan keberanian memproklamirkan kekhilafahan (Daulah) di wilayah kekuasaannya.

Apabila ternyata di antara jamaah minal muslimin tidak sanggup berbuat demikian, itu artinya belum lahir jamaah yang melingkupi keseluruhan kaum muslimin di muka bumi atau khususnya bumi persada ini. Dan keadaan demikian merupakan fitnah yang besar atas seluruh ummat Islam. Pada gilirannya akan membawa akibat yang lebih fatal, tidak terlaksananya Syariat Islam di dalam kehidupan mereka. Sementara mereka tetap takluk di bawah genggaman kekuasaan non Islami, lengkap dengan segala instrument hukum Jahiliyyah yang mereka restui. Disadari ataupun tidak, pada saat kekuasaan Islam tidak wujud, maka secara otomatis Ummat Islam terpaksa harus tunduk dan ikut andil di dalam mendukung dan menstabilkan kekuasaan Thaghut yang terang-terangan menolak Al Quran dan Hadist sebagai sumber hukum Negara. Jama’atum minal muslimin yang dalam aktivitasnya tidak Ijtanibut Thaghut (ingkar kepada Thaghut) dan hukum-hukumnya, sudah pasti mereka orang-orang munafiq. Dalam hal ini, Allah menegaskan dengan firman-Nya:

“Apabila dikatakan kepada merka:”Marilah kamu tunduk kepada hukum Allah yang telah diturunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya dari mendekati kamu”. ( QS.4:60 )

Kemudian dalam ayat yang lain Allah Swt, berfirman:

“Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap ummat untuk menyerukan,”Sembahlah Allah saja dan jauhilah Thaghut”, maka diantara ummat itu ada yang diberi petunjuk dan ada pula di antaranya yang telah pasti kesesatan baginya”. (QS.16:36 )

Bahaya terbesar yang akan terjadi manakala kaum muslimin mengakui kepemimpinan orang-orang kafir ( orang yang menolak hukum Allah secara kaffah ) atas diri mereka. Telah diinformasikan oleh Allah melalui Al Quran Surat An-Nisa ayat 139:

“Khabarkan kepada orang-orang munafiq bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, yaitu orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan disisi orang kafir itu? Sesungguhnya tiada paling mengerikan melebihi adzab Allah Swt”.

Oleh: Ustadz Abul Hasan

Baca Selengkapnya....»»

Prinsip Dakwah Rasulullah Saw

.
0 komentar

Penjelasan tentang makna hikmah (kebijaksanaan) yang menjadi prinsip dakwah Rasulullah Saw. Apakah hikmah berarti bahwa dalam berdakwah anda boleh berbuat "kebijaksanaan" sendiri sesuka hati anda, betapapun cara dan bentuk "kebijaksanaan" tersebut?

Apakah syariat islam memberikan kebebasan kepada anda unutk menempuh cara atau sarana apa saja selama tujuan anda benar? Tidak! Sesungguhnya Islam telah menentukan sarana kepada kita sebagaimana telah menentukan tujuan. Anda tidak boleh mencapai tujuan yang disyariatkan Allah kecuali dengan jalan tertentu yang telah dijadikan Allah sebagai sarana untuk mencapainya. Semua "Kebijaksanaan" dan policy dakwah Islam harus dirumuskan sesuai dengan batas-batas sarana yang telah disyariatkan.

Apa yang telah terjadi kepada baginda Rasulullah ketika berdakwah, Rasulullah ditawari untuk menjadi penguasa atau presiden sehingga dengan kekuasaan itu beliau bisa memanfaatkannya sebagai sarana dakwah, tetapi tanggapan beliau tentang tawaran itu adalah MENOLAK...!!!

Haa Miim. Diturunkan dari Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan. Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu serukan kepada kami dan telinga kamipun tersumbat rapat dan antara kami dan kamu ada dinding, silahkan kamu berbuat (menurut kemauanmu sendiri) dan kamipun berbuat (menurut kemauan kami sendiri)." Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Robb, Malik dan Illah kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, ( Fushshilat : 1-6 )

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, Untukmu Dienmu , dan untukkulah, Dienku ( Al-Kaafiruun: 1-6 )

Seandainya dakwah Rasulullah semata-mata mengejar kekuasaan dan harta kekayaan, niscaya beliau tidak akan bersedia menanggung penyiksaan dan tidak akan menolak tawaran mereka seraya mengatakan:

"Aku tidak berdakwah karena menginginkan harta kekayaan, kehormatan atau kekuasaan. Tetapi Allah mengutusku sebagai Rasul. Dia menurunkan Kitab kepadaku dan memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira dan peringatan. Kemudian aku sampaikan risalah Rabb-ku dan aku sampaikan nasihat kepadamu. Jika kamu menerima dakwahku, maka kebahagianlah bagimu di dunia dan akhirat. Jika kamu menolak ajakanku, maka aku bersabar mengikuti perintah Allah hingga Allah memberikan keputusan antara aku dan kamu.

Tidaklah cukup "bijaksana" seandainya Rasulullah Saw menerima tawaran kaum Quraisy untuk menjadi penguasa atau president, sehingga dengan kekuasaan itu beliau bisa memanfaatkannya sebagai sarana dakwah islam? Apalagi, kekuasaan dan pemerintahaan itu memiliki pengaruh besar di dalam jiwa manusia. Perhatikanlah bagaimana para penganjur ideologi yang berhasil merebut kekuasaan, memanfaatkan kekuasaan itu untuk memaksakan pemikiran dan ideologi mereka kepada rakyat.

Tetapi, Nabi Saw tidak mau menggunakan cara-cara seperti ini dalam dakwahnya, karena bertentangan dengan prinsip-prinsip dakwah islam itu sendiri.

Jika cara-cara seperti ini dibenarkan dan dianggap "Kebijaksanaan" yang syar'i niscaya tidak akan ada bedanya antara orang yang jujur dan orang yang berdusta, antara dakwah islam dan dakwah-dakwah kebathilan.

Kemuliaan dan kejujuran, baik menyangkut sarana ataupun tujuan, adalah landasan utama falsafah Dien ini (Islam). Tujuan harus sepenuhnya didasarkan pada kejujuran, kemuliaan dan kebenaran. Demikian pula sarana harus didasarkan kepada prinsip kejujuran, kebenaran dan kemuliaan.

Dari sinilah maka para da'i Islam ditunutut untuk lebih banyak berkorban dan berjihad, karena mereka tidak dibenarkan menempuh jalan dan sarana sekehendak hatinya. Mereka harus mengambil jalan dan sarana yang sudah disyariatkan, betapapun resikonya yang harus dihadapi.
Adalah keliru Jika Anda beranggapan bahwa prinsip hikmah (Kebijaksanaan) dalam dakwah Islam itu harus disyariatkan untuk mempermudah tugas seorang da'i atau untuk menghindari penderitaan dan kesulitan.

Rahasia disyariatkannya prinsip hikmah dalam dakwah ialah untuk mengambil jalan dan sarana yang paling efektif agar bisa diterima akal dan pikiran manusia. Artinya, Apabila perjuangan dakwah menghadapi beraneka ragam rintangan dan hambatan, maka langkah yang bijaksana bagi para da'i dalam hal ini adalah melakukan persiapan untuk berjihad dan berkorban dengan jiwa dan harta. Hikmah ialah meletakan sesuatu pada tempatnya.

Disinilah perbedaan antara hikmah dan tipu daya, antara hikmah dan menyerah.

Anda tentu ingat dan mengetahui, ketika Rasulullah Saw merasa optimis melihat tanda-tanda kesediaan para tokoh Quraisy untuk memahami Islam, maka dengan perasaan gembira dan perhatian sepenuhnya beliau menjelaskan hakikat Islam kepada mereka. Sehingga ketika seorang sahabat buta, Abdullah Ibnu Ummi Maktum lewat, kemudian duduk mendengarkan di samping mereka dan bertanya kepadanya, Rasulullah Saw membuang muka darinya, karena beliau tidak ingin kehilangan kesempatan baik tersebut, disamping bahwa Ibnu Ummi Maktum akan bisa dijawab pada lain kesempatan.

Tetapi kebijaksanaan Rasulullah Saw ini mendapat teguran dari Allah di dalam surat Abasa, kendatipun tujuannya sangat mulia. Karena cara tersebut mengandung sikap yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam, yaitu mengabaikan dan menyakiti hati Abdullah Ibnu Maktum karena ingin menarik hati kaum Musyrik.

Tegasnya, tidak seorang pun yang dibenarkan untuk mengubah, melanggar dan meremehkan hukum-hukum dan prinsip-prinsip Islam, dengan dalih kebijaksanaan dalam berdakwah. Sebab suatu kebijaksanaan tidak bisa disebut bijaksana jika tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan syariat dan prinsip-prinsipnya.

Maraji’
Dr. Muhammad Sa’id Al-Buthy (Sirah Nabawiyah )





Baca Selengkapnya....»»

25.7.09

Do’a : Senjata Orang Beriman

. 25.7.09
1 komentar

Secara istilah, doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Doa merupakan aktifitas ibadah yang paling agung, sebagaimana hadits di atas. Dengan demikian bisa kita fahami bahwa sebuah ibadah pasti mengandung doa kepada Allah SWT, dan doa tanpa ibadah belumlah sempurna.
Doa adalah senjatanya orang mukmin. Doa bahkan merupakan pangkal atau ‘otak’nya ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW. : “Doa adalah pangkal (otak-)nya Ibadah.” (HR. Tirmidzi)


Anjuran Berdoa
Banyak riwayat dari Nabi SAW yang menganjurkan dan mendorong seseorang hamba untuk berdo’a, diantaranya :

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah, selain daripada doa.” (HR. Ibnu Majah dan Abu Hurairah)

“Siapa saja yang tidak mau memohon (sesuatu) kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)

“Mintalah kepada Allah akan kemurahan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang apabila dimintai (sesuatu).” (HR Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)

Semua hadits di atas menunjukkan keharusan berdoa yang berupa permohonan hamba kepada Tuhannya, untuk mendapatkan sesuatu.

Doa Pasti Dikabulkan
Doa seorang hamba pasti dikabulkan oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya :

“(Dan) Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu.” (QS. Al Mukmin : 60)
“(Dan) apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al Baqarah : 186)

Pengabulan doa dari Allah SWT. bersifat pasti, dan hanya Dialah yang dapat mengabulkan doa bukan yang lain. Pengabulan doa bisa sesuai dengan yang diminta hamba-Nya, ditangguhkan hingga hari kiamat, atau dijauhkan dari suatu keburukan. Hal ini sebagaimana Sabda Beliau SAW. :

“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan memutus hubungan silaturrahim, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu diantara tiga hal : dikabulkan doanya ; ditangguhkan hingga hari kiamat ; atau dijauhkan dari suatu keburukan/musibah yang serupa.” (HR. Ahmad dari Abi Said Al Khudri)

“Tidak ada seorang muslim pun di muka bumi ini yang berdoa kepada Allah, kecuali akan dikabulkan doanya atau dijauhkan suatu keburukan/musibah yang serupa.” (HR. Tirmidzi dan Hakim dari Ubadah Ibn Shamit)

Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa
Dalam Islam dikenal waktu-waktu dan tempat-tempat yang mustajab untuk berdoa, selain dapat dilakukan kapan pun dan dimana pun. Misalnya berdoa di Raudoh, di masjidil Haram maupun di Madinah dianggap sebagai tempat-tempat yang mustajab untuk berdoa. Berdoa di antara dua khutbah, sepertiga malam , adalah diantara beberapa waktu yang mustajab untuk berdoa. Salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa adalah ketika sahur di bulan Ramadhan. Waktu sahur adalah waktu yang sangat mustajab. Allah swt meletakkan kemuliaan yang sangat besar pada waktu tersebut. Sayang, kebanyakan manusia hanya memanfaatkannya untuk makan sahur, tanpa menyisihkan waktu untuk bermunajat kepada-Nya. Mengapa mereka melalaikan sabda Rasulullah saw :

Rabb kita (Allah) SWT. turun pada setiap malam ke langit dunia, pada sepertiga malam terakhir, lalu berfirman, ”Siapakah yang berdo’a kepada-Ku maka aku akan kabulkan baginya, siapa yang meminta kepada-Ku, maka aku beri kepadanya, Siapa yang meminta ampunan maka Aku akan mengampu-ninya” (HR Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya kita sangat membutuhkan waktu-waktu seperti ini, untuk memohon kebaikan hidup di dunia dan akhirat kepada Allah SWT. memohon keselamatan hati kita, dan memohon supaya hidup kita selalu bermakna.

Selain itu, Rasulullah saw memberitahukan bahwa do’a orang yang berpuasa akan mendapatkan prioritas pengabulan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagai-mana disebutkan di dalam hadits nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam :

“Tiga golongan yang doanya tidak akan ditolak, di antaranya adalah orang yang berpuasa sehingga ia berbuka, di dalam riwayat lain dikatakan, orang yang puasa ketika hendak berbuka.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Demikian juga Allah SWT. meletakkan ayat tentang berdoa di antara ayat-ayat yang menjelaskan tentang puasa. Para ulama menjelaskan rahasia peletakkan ayat ini adalah untuk mengisyaratkan bahwa doa orang yang puasa itu tidak tertolak.
Tetapi berapa banyak diantara kita yang memperhatikan hal ini? Padahal doa inilah inti ibadah di dalam Islam. Atau dengan kata lain doa ini akan memberikan sema-ngat baru dalam kehidupan seorang muslim. Bahkan, kalau kita telusuri lebih jauh sejarah Islam, maka kita akan mengetahui bahwa doa adalah senjata orang mukmin.

Doa Senjata Orang Mukmin
Kekuatan atau kedahsyatan doa bagi seorang muslim tak terbantahkan lagi. Doa adalah senjatanya kaum muslimin, Ad Dua Silah Al Mu’min. Di saat canggihnya mesin dan persenjataan abad modern, strategi dan manuver peperangan, kekuatan dan kedahsyatan doa tetap tidak terbantahkan dan hanya dimiliki oleh orang-orang beriman. Hal ini dikarenakan orang-orang beriman selain berusaha maksimal dalam setiap amal yang dilakukannya, dia juga tidak pernah lupa menggantungkan seluruh usahanya melalui doa kepada Allah SWT. Doa adalah senjatanya orang-orang mukmin, yang telah dicontohkan mulai dari para Nabi dan Rasul, para sahabat, salafus sholeh.

Doa adalah senjata yang menyelamatkan Nuh a.s. dengan diturunkannya air bah kepada kaummnya. Doa juga senjata yang menyelamatkan Musa a.s. ketika melawan tiran ketika itu, Firaun. Menyelamatkan Sholeh dari kedzoliman kaum Tsamud, menyelamatkan Huud a.s dari kaum Aad, dan menyelamatkan serta memberikan kemenangan kepada Rasulullah SAW. dalam benyak pertempuran yang beliau lakukan. Bahkan dengan kekuatan dan kedahsyatan doa pulalan, negara super power waktu itu, Persia dan Romawi berhasil ditaklukkan oleh kaum Muslimin.

Kedahsyatan dan kekuatan doa bagi orang-orang mukmin akan terus berlangsung, dari zaman Nabi Adam a.s. hingga kini. Contoh kekuatan dan kedahsyatan doa di masa kini banyak dialami oleh para mujahidin di pelbagai bumi jihad. Kita mengetahui kedahsyatan doa para mujahidin Afghanistan, sehingga Syekh Abdullah Azzam merangkumnya dalam buku Ayaturrahman fii Jihadil Afghan. Tentunya hal ini, juga dialami oleh mujahidin di bumi jihad yang lain, seperti di : Irak, Chechnya, Khasmir, Palestina, dan lain-lain. Kisah lolosnya Syekhul mujahid Abu Yahya Al Liby dari penjara Baghram di Afghanistan juga tidak lepas dari kekuatan dan kedahsyatan doa beliau kepada Allah SWT. Di saat-saat kritis, beliau mampu melepas pengikat pintu yang secara akal mustahil dilakukan. Namun dengan doa yang tulus dan ikhlas dan hanya memohon kepadaNya, maka dengan mudah beliau mampu melepas ikatan pintu tersebut dan beliau akhirnya lolos dari penjara Baghram di Afghanistan.

Kedahsyatan dan kekuatan doa beserta dampaknya juga bisa dilihat ketika Syekh Muhammad Muhaisany berdoa di Mekkah Mukarromah pada bulan Ramadhan 1422 H. Doa beliau sungguh dahsyat dan menggentarkan seluruh kaum muslimin di sana bahkan kaum muslimin di mana pun dan kapan pun yang mendengarkan doanya tersebut. Setelah beliau berdoa, rezim toghut Saudi menangkap dan memenjarakan beliau. Dalam doanya tersebut, Syekh Muhaisany banyak memohon kepada Allah SWT. agar menolong mujahidin dimana pun mereka berada dan agar Allah SWT. menghancurkan seluruh kekuatan toghut, terutama Amerika yang beliau sebut sebagai sumber toghut dan malapetaka di dunia ini. Akibat doa beliau yang dahsyat itu, rezim toghut Saudi berang dan memenjarakan beliau. Subhanallah!

Arrahmah

Baca Selengkapnya....»»

Peran pemuda islam

.
1 komentar

Pemuda islam hari ini adalah gambaran masa depan islam. Apabila baik pemudanya maka akan baik pula islam di dalamnya. Dr. Syakir Ali Salim berpendapat, pemuda islam merupakan tumpuan umat. oleh karena itu existensinya sangat diperlukan di masyarakat.

"Maka apakah kamu mengira, bahwa kami menciptakan kamu main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami" QS. al-Mu'minuun:115

Peran pemuda dalam pentas sejarah
Kenalkah anda dengan Nabiyullah Ibrahim AS.? Ibrahim AS adalah sosok pemuda yang disebutkan Allah yang mampu menggentarkan kerajaan namruz. Allah berfirman: "mereka berkata; kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhakla ini yang bernama Ibrahim" QS.21:60.

Berkarta Ibnu abbas r.a. tak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia dipilih dikalangan pemuda(yakni 30-40 tahun). Begitu pula tidak seorang alim pun yang diberi ilmu melinkan ia (hanya) dari kalangan pemuda. kemudian ibnu Abbas membaca firman Allah SWT : mereka berkata: kami dengan ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim: QS. al-anbiyaa:60 tafsir ibnu katsir III/183).

Allah Berfirman:

"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang kami angkatbersama Nuh dan dari keturunan Ibrahim dan israel dan dari orang-orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang maha pemurah kepada mereka maka merka menyungkur dengan bersujud dan menangis." QS. 19:58

Begitu juga dengan ashabul kahfi

Siapa ashabul kahfi itu?
Tidak lain adalah mereka para pemuda pengikut Nabi Isa as. yang diabadikan Allah, karena menolak untuk kembali kepada agama nenek moyangnya dan lebih memilih mengasingkan diri serta berlindung kedalam goa.

Nabi muhammad SAW juga diangkat menjadi rasul tatkala baginda berusia 40 tahun. Pengikut-pengikut baginda pada generasi pertama juga kebanyakan dari kalangan pemuda, bahkan ada yang masih kecil, diantarannya adalah:

1. Ali bin abi thalib dan Zubair bin Al-Awwam usia 8 tahun;
2. Thalhah bin ubaidillah, 11 tahuin;
3. Al Arqaam bin abil Arqaam, 12 tahun;
4. Abdullah bin Mzhum, 17 tahun;
5. Jafar bin Abi thalib, 18 tahun;
6. Qudaamah bin abi mazhun, 19 tahun;
7. Said bin Zaid dan Shuhaib arrumi berusia di bawah 20 tahun;
8. Amir bin Fahirah, 23 tahun;
9. Mushab bin umair dan al miqdad bin al aswad, 24 tahun;
10. Abdullah bin al Zahsyi, 25 tahun;
11. Umar bin al khatab, 26 tahun;
12. Abu ubaidah ibnu zarrah dan utbah bin rabiah, amir bin rabiah, nu'aim bin abdillah, usman bin mazhun abu salamah,abdurrahman bin auf dan kesemuanya sekitar 30 tahun;
13. Ammar bin yasir diantara 30-40 tahun;
14. Abu bakar ash shiddiq 37 tahun. Hamzah bin abdul mutholib 42 tahun dan ubaidah bin al harith yang paling tua diantara mereka yaitu 50 tahun.

Mereka mampu menaklukan dunia imperium besar (romawi dan persia) merka juga berhasil melakukan expansi ke berbagai negara yaitu sind di barat daya india,Khazar di utara, armenia dan rusia, juga syam (suria), mesir, tripoli dan sebagian afrika. Penaklukan ini berhasil dapat dirampungkan hanya dalam kurun waktu 35 tahun.

Mereka berlayar mengarungi samudera, sehingga membuat batas geografis. kerajaan merka merabah luas hingga mencapai turkistran, bahkan sampai ketimur sampai teritorial cina dan kebarat negeri spanyol di eropa. mereka telah sanggup memperlihatkan kepada dunia akan luasnya kekuasaan islam.

Utbah bin nafi yang berdiri di pantai samudera atlantik di ujung barat berdo'a kepada Allah: "Demi Robb Muhammad, sekiranya bukan karena bentangan samudera ini yang menjadi penghalang, niscaya aku akan taklukan seluruh jagat raya ini, demi meninggikan kalimat-Mu, wahai Robbku saksikanlah!!" sementara itu diufuk timur, Qutaibah al bahilly terus menerobos sampai akhirnya ia dapat mencapai perbatasan cina.

Mereka telah menghabiskan masa mudanya untus sesuatu yang sangat berharga, memperjuangkan kalimat Allah dengan segala kemampuan mereka masing-masing, sehingga namanya terukir dengan tinta emas dalam pentas sejarah peradaban islam. Bagaimana dengan masa muda kita????

Apakah kita termasuk katagori pemuda diatas???
Atau seperti yang telah Allah gambarkan dalam Firman-Nya:
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan."

Berdasarkan hasil survey komnas anakbekerjasama dengan lembaga perlindungan anak (LPA) di 12 propinsi pada tahun 2007 terungkap sebanyak93,7% anak smp dan smu yang disurvey mengaku pernah melakukan ciuman dan oral seks.

Dan sebanyak 62,7% anak smp yang diteliti mengaku sudah tidak perawan. Serta 21,2% remaja SMU yang disurvey penah melakukan aborsi. Dan lagi 97% pelajar SMP dan SMU yang disurvey mengaku suka menonton film forno.

Sekitar 1,5% dari seluruh populasi penduduk indonesia merupakan pemakai narkoba. Ini berarti ada sekitar 3,2 hingga 3,6 juta penduduk indonesia yang berkutat dengan penyalahgunaan obat-obatan terlalarang tersebut.

Dari angka itu sekitar 15 ribu orang harus meregang nyawa setaiap tahun karena memekai narkoba. Tak kurang dari 78% korban yang tewas akibat narkoba adalah anak muda berusia antaar 19-21 tahun.

Angka itu belum termasuk mereka yang terkena dampak lain akibat kasus narkoba. Lebih dari 500 ribu orang positif terkena AIDS(Acquired Immune Deficiency Syindrome) atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh yang hingga kini belum ditemukan obatnya.

Jalan mana yang kita pilih???
Sudah semestinya kita memilih jalan yang diridhoi Allah.
Adapum beberapa bekal untuk pemuda islam yang diwasiatkan oleh para ulama yaitu:

1. Ilmu yang bermanfaat

" Barangsiapa tidak belajar dimasa mudanya, maka bertakbirlah 4 kali sebagai isyarat kematiannya."
"belajarlah, karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dengan berilmu." (imam Syafi'i)

2. Iman yang mantap (al iman daqiiq)

Iman yang menancap dalam-dalam ke dasar hati tidak mudah goyah, sehingga mampu menopang pohon agama ini seluruhnya..

seperti Firman Allah :
"Sesungguhnya orang-orang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." QS.49:15

Kekuatan inilah yang menyebabkan pemuda islam mulia.
"allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.........."

3. Kesempurnaan akhlaq

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq."

Contoh; pendidikan Lukman yang diberikan kepada anaknya.
Firman Allah :
"Dan janganlah kamu memalinkan mukamu dari manusia(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." QS.31:18

4. Berbuat untuk kejayaan islam dan kaum muslimin

Allah berfirman:
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).".QS.42:32

"Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci." QS.61:9

wallahu'alam bishowab....


Baca Selengkapnya....»»
 

UMAR MOCHTAR “The Lion Of The Desert”

"Akan selalu ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, mereka tidak akan dimudharatkan oleh orang–orang yang menghina dan menyalahi mereka sampai datang keputusan Allah." ( HR. Muslim ). Adalah Umar Mukhtar. Seorang tokoh dan figur yang memiliki semangat juang tinggi, intelektual, cerdas danberdedikasi tinggi pada agamanya. More...»»

Dua Polisi yang Menyaksikan Eksekusi atas Sayyid Qutb

Ulama, da’i, serta para penyeru Islam yang mempersembahkan nyawanya di Jalan Allah, atas dasar ikhlash kepadaNya, sentiasa ditempatkan Allah sangat tinggi dan mulia di hati segenap manusia. Di antara da’i dan penyeru Islam itu adalah Syuhada (insya Allah) Sayyid Qutb. Bahkan peristiwa eksekusi matinya yang dilakukan dengan cara digantung, memberikan kesan mendalam dan menggetarkan bagi siapa saja yang mengenal Beliau atau menyaksikan sikapnya yang teguh. More...»»

Mus’ab bin Umair - Duta Islam Pertama

Mus’ab bin Umair

adalah sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang sangat berjasa dan menjadi teladan kepada umat Islam sepanjang zaman. Sebelum memeluk Islam, dia berperawakan lemah lembut, suka berpakaian kemas, mahal dan indah. Malah dia selalu bersaing dengan kawan-kawannya untuk berpakaian sedemikian. Keadaan dirinya yang mewah dan rupanya yang kacak menyebabkan Mus’ab menjadi kegilaan gadis di Makkah. Mereka sentiasa berangan-angan untuk menjadi isterinya. More...»»

Mengenal Lebih Dekat Abdullah Azzam

[Majalah Time] “Dia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, melainkan seluruh Ummat. Ucapannya tidaklah seperti ucapan orang biasa. Sedikit bicaranya, namun kandungannya sangat dalam. Jika engkau menatap matanya, hatimu akan terpenuhi dengan iman dan cinta kepada Allah SWT”. More...»»
Ribatt is proudly powered by Badru Zaman | Page Ribat o-om